-->

Budi Sadikin Sebut 130 Orang Meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan Akibat Sesak Nafas


JAKARTA, LELEMUKU.COM - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan penyebab 130 orang tewas dalam tragedi Kanjuruhan. Penjelasan disampaikan Budi yang sudah diperintah oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk memonitor pelayanan medis bagi korban di rumah sakit.

"Sama presiden disuruh bantu, itu meninggal karena sesak nafas," kata Menkes kepada Tempo, Ahad, 2 Oktober 2022.

Dalam keterangan pers pagi tadi pukul 10.30 WIB, Jokowi melaporkan jumlah korban terwas mencapai 129 orang. Lalu beredar berbagai dugaan penyebab kematian massal ini karena tembakan gas air mata oleh polisi.

Informasi soal gas air mata ini beredar di media sosial dan juga didengar oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud Md. Ia mengaku membaca banyak tudingan di media sosial yang menyebut Polri tak profesional.

"Kenapa itu bisa terjadi? kenapa bisa bawa gas air mata, ini menimbulkan spekulasi jangan-jangan ada rekayasa, masa peristiwa sebesar itu enggak bisa diantisipasi," kata Mahfud merespons singkat kabar itu, saat rilis survei Indikator Politik Indonesia hari ini.

Terkait dugaan gas air mata, Budi menyebut penyebab kematian lebih karena desak-desakan di antara penonton saat kerusuhan pecah. "Saya lihatnya karena desak-desakan, ingat enggak di Mina? ada jamaah itu. Mirip karena desak-desakan itu," kata dia.

Pada 24 September 2015, terjadi insiden di Mina, Arab Saudi, yang menimpa jemaah haji. Sebanyak 769 orang meninggal dunia karena berdesak-desakan saat kegiatan lempar jumrah.

Budi pun membandingkan dua kejadian ini. "Di sana banyak seperti itu. Jadi bukan karena luka-luka, itu karena oksigen." kata dia

Saat itu, Budi menyebut peralatan oksigen hingga obat-obatan sudah dikirim ke lokasi perawatan korban. Tim dari Dinas Kesehatan pun sudah diterjukan ke lokasi. "Mudah-mudahan dirawat dan bisa ditangani dengan baik," kata dia.

Sebelumnya, pertandingan ini berlangsung Sabtu kemarin, 1 Oktober 2022. Mahfud menegaskan kalau Tragedi Kanjuruhan bukanlah bentrok antar supporter Persebaya dan Arema.

Sebab pada pertandingan itu supporter Persebaya tidak boleh ikut menonton. Supporter di lapangan hanya dari Arema. Sebenarnya sebelum pertandingan, kata Mahfud, aparat sudah mengantisipasi melalui kordinasi dan usul-usul tenkis di lapangan.

Misalnya, pertandingan agar dilaksanakan sore hari bukan malam hari dan jumlah penonton agar disesuaikan dengan kapasitas stadion yang mencapai 38 ribu. "Tapi usul itu tidak dilakukan oleh panitia yang tampak sangat bersemangat." (Tempo)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel



Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com selain "" di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri


Iklan Bawah Artikel