-->

Kurang Imunisasi Lengkap di Puskesmas Sebabkan Difteri

Kurang Imunisasi Lengkap  di Puskesmas Sebabkan DifteriSAUMLAKI, LELEMUKU.COM – Kepala Puskesmas Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Provinsi Maluku, dr. Laura mengatakan penyakit difteri disebabkan oleh kurang lengkapnya imunisasi sejak dini.

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya dengan cara memberikan vaksin ke dalam tubuh sehingga merangsang system kekebalan tubuh. Imunisasi sendiri boleh diberikan pada semua umur, tetapi ada beberapa imunisasi yang lebih efektif kalau diberikan secara dini, diantaranya imunisasi vaksin Hepatitis B diberikan kepada bayi usia 7 hari.

Kemudian Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan kepada bayi usia 1 bulan, Imunisasi Diptheria, Pertusis dan Tetanus (DPT) atau HB 1 dan Polio 2 yang diberikan untuk bayi usia 2 bulan dan Imunisasi campak untuk bayi usia 9 bulan.

“Penyakit ini disebabkan karena imunisasi yang tidak lengkap dari kecil,” kata dia kepada Lelemuku.com di ruang kerjanya, pada Sabtu (28/04).

Difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Gejalanya berupa sakit tenggorokan, demam, dan terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan. Dalam kasus yang parah, infeksi bisa menyebar ke organ tubuh lain seperti jantung dan sistem saraf serta infeksi kulit. Bakteri penyebab penyakit ini menghasilkan racun yang berbahaya jika menyebar ke bagian tubuh lain.

Bakteri ini melalui partikel di udara, benda pribadi, serta peralatan rumah tangga yang terkontaminasi. Jika menghirup partikel udara dari batuk atau bersin penderita difteria, akan dengan cepat terkena difteri. 

“Difteri menyerang tenggorokkan dengan selaput lendir di saluran pernapasan, jadi memang sangat mengganggu dan itu bisa menyebabkan pasien dalam kondisi yang gawat sekali dan meninggal. Virus ini menular lewat percikan air liur atau droplet ketika kita berbicara,” jelas dr. Laura.

Ia mengungkapkan ada 2 kasus penderita difteri yang ditemukan di Puskesmas Saumlaki dimana satu diantaranya tidak tertolong. Pasien tersebut meninggal pada usia 7 tahun, diketahui sejak bayi dia tidak pernah diberi imunisasi dan baru melakukan imunisasi difteri di sekolah.

“Ada dua penderita difteri, penderita yang satu meninggal dan yang satunya sedang diobati,” ungkap Kepala Puskesmas. 

Dr Laura menambahkan penyakit ini oleh pihaknya dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) karena merupakan penyakit yang tidak biasa ditemukan yang muncul secara tiba-tiba oleh karena virus penyakit.

“Ini termasuk KLB karena kejadian dimana timbul suatu penyakit yang tidak biasa walaupun penderitanya hanya dua itu, kita sudah katakan KLB,” tambah ia. (Anna Aurmatin)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel



Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com selain "" di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri


Iklan Bawah Artikel