KM Tatamailau Berlayar Penuh Sesak dari Pelabuhan Pomako Timika

KM Tatamailau Berlayar Penuh Sesak dari Pelabuhan Pomako Timika

TIMIKA, LELEMUKU.COM – KM Tatamailau, kapal penumpang milik PT Pelni dengan nomor IMO 8915639 yang dibangun pada 1990, kembali menjadi sorotan publik. Pada Jumat, 12 Desember 2025, kapal ini bertolak dari Pelabuhan Pomako, Timika, Papua Tengah, menuju Dobo dan Tual, dalam kondisi sangat padat. 

Foto dan video yang viral di media sosial menunjukkan dek kapal dipenuhi penumpang hingga tak ada ruang gerak, bahkan disebut-sebut kapal miring ke satu sisi karena kelebihan muatan.

Fenomena ini bukan hal baru. Setiap bulan Desember, saat arus mudik Natal dan Tahun Baru (Nataru), KM Tatamailau yang melayani rute panjang di Indonesia Timur seperti dari Bitung (Sulawesi Utara) hingga Merauke (Papua Selatan) via Tidore, Sorong, Fakfak, Kaimana, Tual, Dobo, Timika, dan Agats selalu mengalami lonjakan penumpang ekstrem. 

Kapal berkapasitas resmi sekitar 1.000–1.600 penumpang ini sering kali membawa jauh lebih banyak, termasuk penumpang tanpa tiket, demi memenuhi keinginan masyarakat pulang kampung di wilayah Papua dan Maluku yang terbatas alternatif transportasinya.

Netizen di media sosial ramai berkomentar: "Saking padatnya penumpang di pelabuhan Pomako Timika... KM Tatamailau sampai berat sebelah kanan," tulis salah satu. Yang lain menyebut "terlalu sadis... hampir tidak ada ruang gerak antara penumpang," hingga "lautan manusia memadati dermaga." Ada pula yang berdoa, "Semoga Allah menyertai perjalanan mereka dan tiba dengan selamat di tempat tujuan."

Di balik euforia mudik, ada risiko keselamatan yang nyata. Overload penumpang dapat menyebabkan kapal miring, seperti yang dilaporkan terjadi kali ini, meski belum ada konfirmasi resmi insiden serius. PT Pelni sendiri telah mengantisipasi lonjakan dengan menyiapkan tiga armada untuk Nataru 2025 di Timika – KM Sirimau, KM Tatamailau, dan Sabuk Nusantara 75 – dengan prediksi total penumpang keluar mencapai 3.000–4.000 orang, puncaknya sekitar 16 Desember.

Namun, akar masalah lebih dalam terletak pada infrastruktur Pelabuhan Pomako yang minim. Kepala Pelni Cabang Timika, Rachmansyah Chaidir, pernah menyatakan bahwa pelabuhan ini "serba amburadul": tidak ada terminal penumpang, ruang tunggu layak, atau portal masuk untuk mengatur akses. 

Mobil, motor, pengantar, dan pengunjung bisa masuk seenaknya tanpa penghalang. Status tanah pelabuhan yang dimiliki swasta atas nama PT Bartuh Langgeng setelah menang di PTUN Jayapura telah membuat Pemkab Mimika sulit mengembangkan fasilitas, meski ini menjadi pintu masuk vital bagi masyarakat.

Kondisi ini memperburuk kepadatan: penumpang berdesakan di dermaga terbuka, tanpa pengaturan ketat, hingga naik kapal secara massal. Meski pemerintah memberikan diskon tiket 20% untuk periode Nataru, keterbatasan armada dan infrastruktur membuat fenomena overcrowd berulang setiap tahun. (joe)

Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.


Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri


Artikel Terkini Lainnya