-->

Susi Pudjiastuti Sebut Perusahaannya Hentikan 70 Persen Penerbangan ke Papua Pegunungan

Susi Pudjiastuti Sebut Perusahaannya Hentikan 70 Persen Penerbangan ke Papua Pegunungan.lelemuku.com.jpg

JAKARTA PUSAT, LELEMUKU.COM - Sekitar 70 persen penerbangan Susi Air ke Papua Pegunungan dihentikan setelah terjadinya insiden pembakaran pesawat dan penyanderaan pilotnya di Nduga, Provinsi Papua Pegunungan, kata pendiri maskapai penerbangan itu, Susi Pudjiastuti, Rabu (1/3/2023).

Susi menjelaskan bahwa jumlah penerbangan dengan menggunakan pesawat Pilatus Porter telah menurun drastis dari sekitar 30-40 penerbangan per hari menjadi hanya 5-15.

Penyanderaan Philip Mark Mehrtens, pilot Susi Air yang berkewarganegaraan Selandia Baru oleh para pejuang kemerdekaan Papua pada 7 Februari di Papua Pegunungan telah membuat para pilot lain yang bekerja di maskapai itu takut terbang dan meningkatkan potensi pengunduran diri mereka, kata Susi.

"Saya sebagai founder dan pemilik Susi Air minta maaf ke masyarakat Papua, Pemda, dan pengguna Susi Air di Papua yang sekarang ini jadi terganggu," kata Susi dalam konferensi pers di Jakarta.

Susi menjelaskan bahwa kehadiran Susi Air di Papua sangat penting, karena maskapai tersebut telah melayani penerbangan di wilayah tersebut sejak 2006.

Sejak 2012, Susi Air telah mendapat kontrak penerbangan dari pemerintah untuk melayani rute perintis di wilayah Papua, setelah maskapai penerbangan sebelumnya berhenti beroperasi.

"Rute perintis ini adalah rute yang ditentukan oleh pemerintah untuk diterbangi dan 65% disubsidi pemerintah. Jadi tiketnya sangat murah, hanya Rp250.000, dan sebagian besar dibayar oleh pemerintah kepada kami," jelas Susi.

Gangguan operasional di Papua telah mengganggu mobilitas masyarakat Papua, terutama yang tinggal di wilayah pegunungan, kata Susi.

Keberadaan maskapai tersebut sangat penting dalam pengangkutan bahan bakar, makanan, dan pengobatan, serta dalam membawa program-program pemerintah untuk kemajuan masyarakat Papua, tambah Susi.

Susi menyebut tindakan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) - kelompok separatis bersenjata yang menyandera Mehrtens tidak bijak,  karena mereka memperjuangkan kemerdekaan dengan merenggut kemerdekaan orang lain.

"Untuk saya pribadi, apa yang terjadi sangat-sangat tidak kita harapkan, dan kami tak habis pikir," ujarnya.

Pemerintah Selandia Baru menyatakan bekerja sama dengan pihak berwenang di Indonesia untuk memastikan keselamatan warga negaranya yang menjadi korban penyanderaan.

Dalam email yang ditujukan pada BenarNews, pemerintah Selandia Baru menyatakan akan melakukan semua upaya yang dapat dilakukan untuk membebaskan Merhtens, termasuk mengerahkan staf konsuler Selandia Baru untuk memastikan pembebasan sandera dengan aman.

Tentara tewas di Yahukimo

Pada hari yang sama Kepala Penerangan Daerah Militer (Kapendam) XVII/Cenderawasih Kolonel Kav. Herman Taryaman menyatakan bahwa seorang prajurit TNI meninggal dan dua orang lainnya terluka dalam serangan kelompok separatis di Yahukimo, Papua pada Rabu sekitar pukul 15.30 WIT.

“Aksi penembakan dilakukan di kilometer 4 Jalan Paradiso Distrik Dekai Kabupaten Yahukimo. Prajurit yang tewas bernama Pratu Lukas Worabai sedangkan dua orang prajurit atas nama Pratu NS dan Sertu RS mengalami luka tembak,” terang Herman kepada BenarNews.

Menurut pernyataan dari Herman, penyerangan terjadi ketika tim patroli motor Kodim 1715 Yahukimo melewati kantor Badan Pusat Statistik Distrik Dekai dalam dua regu.

Regu pertama dihadang dan ditembaki dari sisi kiri jalan di kilometer 4 Jalan Paradiso, sehingga terjadi kontak tembak, sementara regu kedua tiba beberapa saat kemudian dan melakukan tembakan balasan ke arah pelaku, sehingga pelaku melarikan diri ke arah hutan, kata Herman.

Herman mengatakan kelompok bersenjata masih terlibat kontak tembak dengan personel TNI hingga pukul 16.20 WIT.

Kerusuhan Wamena

Dalam perkembangan lainnya, keluarga korban kerusuhan yang terjadi di Wamena pada tanggal 23 Februari lalu menuntut agar proses adat dilakukan bersamaan dengan proses hukum yang sedang berjalan, kata Arim Tabuni, keluarga korban yang berasal Nduga.

Mereka juga menuntut agar pelaku diberikan sanksi adat dan membayar denda adat sebesar 5 miliar untuk setiap jiwa yang meninggal dan 1 miliar untuk korban yang terluka.

"Korban meninggal berasal dari Nduga saat kejadian merupakan pengungsi yang ada di Wamena. Dimana tidak mengetahui apa-apa, hanya ingin berkebun tapi ditembak," kata Tabuni.

Dalam insiden itu 12 orang tewas setelah pasukan keamanan melepaskan tembakan untuk memadamkan kerusuhan yang pecah setelah desas-desus beredar bahwa seorang anak telah diculik, kata polisi.

Polisi mengatakan dua orang tewas dengan panah dan luka tusukan.

Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius D. Fakhiri, mengatakan bahwa 16 anggota polisi yang bertugas saat kerusuhan di kawasan Sinakma, Distrik Wamena, telah diperiksa Propam Polda Papua.

Penyelidikan masih terus berlangsung dan tidak tertutup kemungkinan jumlah polisi yang diperiksa akan bertambah.

Namun, 13 warga yang ditangkap akibat kerusuhan telah dipulangkan.

"Kami tidak ingin penangkapan ke-13 orang dijadikan sekelompok masyarakat sebagai alasan untuk melakukan aksi hingga menimbulkan korban jiwa," kata Mathius.

(Nazaruddin Latif / Pizaro Gozali Idrus / Victor Mambor | BenarNews)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel



Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com selain "" di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri


Iklan Bawah Artikel