-->

Sri Mulyani Inginkan Peran Sentral WHO dalam Pengelolaan Dana Pandemi


YOGYAKARTA, LELEMUKU.COM -  Dalam pertemuan daring pada Selasa (21/6), sejumlah menteri keuangan negara anggota G20 belum menyebut secara pasti komitmen kontribusi pendanaan yang dapat mereka lakukan dalam pengumpulan dana pandemi global.

Namun Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang memimpin pembicaraan tersebut dari Yogyakarta, meyakini bahwa negara-negara G20 tetap memiliki komitmen kuat untuk mewujudkan rencana tersebut. Beberapa menteri mengaku membutuhkan proses lebih lama, dan juga memberikan perhatian detil terhadap sejumlah elemen dalam skema yang dinilai masih perlu dilakukan banyak pembenahan.

Satu hal yang disepakati bersama adalah bahwa WHO akan berperan lebih besar dalam pengelolaan dana tersebut, dibanding Bank Dunia yang juga ditunjuk sebagai pengelola dalam skema yang telah dibuat.

“Kami juga ingin memastikan bahwa (pendanaan) ini tidak bersaing dengan sumber daya yang telah dialokasikan untuk banyak inisiatif kesehatan lain. Jadi diharapkan ini adalah pembiayaan atau sumber daya baru. Suara negara berkembang perlu juga direfleksikan, dan yang paling penting, hampir semua anggota G20 serta pemangku kepentingan lainnya menyatakan, mereka ingin melihat peran sentral WHO,” kata Sri Mulyani, pada Selasa (21/6) malam.

Secara umum, menurut Sri, para menteri keuangan negara G20 meminta dana FIF dikelola secara inklusif. Kewenangan dalam penggunaan sumber daya dalam skema tersebut tidak hanya menjadi milik negara pendiri dan kontributor atau donor, tetapi juga harus melibatkan suara dari para negara penerima bantuan.

FIF juga diharapkan mampu memperkuat platform kolaborasi antara menteri keuangan dan menteri kesehatan di lingkup G20, serta antara negara maju dan negara berkembang. Negara donor, dalam skema tersebut, dilarang untuk memberikan kontribusi dengan cara memotong kontribusi mereka pada skema lain yang sudah dibentuk terlebih dahulu.

Tantangan Berat ke Depan
Indonesia sendiri memiliki tiga agenda utama dalam presidensi G20 tahun ini, yaitu arsitektur kesehatan global, ekonomi digital, dan transisi energi. Pendanaan pandemi global berada merupakan bagian dari agenda pertama.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menguraikan agenda pertama presidensi G20 Indonesia yaitu arsitektur kesehatan global memiliki lima target nyata. Target pertama adalah pembentukan FIF termasuk mencarikan sumber dananya. Target kedua, menurut Budi, adalah mencapai kesepakatan terkait bagaimana dana tersebut akan digunakan.

“Pertemuan-pertemuan ini membicarakan dua tujuan. Pertama, sumber dana. Terima kasih atas kepemimpinan Bu Sri Mulyani, bank dunia dan WHO duduk bersama setuju mengumpulkan pendanaan ini. Target kedua, akan sedikit lebih sulit, yaitu penggunaan dana itu, karena produsen vaksin, terapeutik dan diagnostik adalah sektor swasta,” kata Budi.

Karena itulah, negara-negara di dunia harus bersiap menghadapi pandemi selanjutnya dengan menyiapkan protokol global untuk pergerakan barang dan orang, terutama yang esensial.

Target kelima Indonesia ketika memegang presidensi G20 dalam agenda kesehatan adalah memperluas hub global untuk penelitian dan manufaktur. (VOA)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel



Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com selain "" di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri


Iklan Bawah Artikel