-->

Day of The Dead, Perayaan Tradisi Suku Aztek Kuno

Day of The Dead, Perayaan Tradisi Suku Aztek KunoWASHINGTON, LELEMUKU.COM - Warga Amerika akan merayakan Halloween pada 31 Oktober nanti. Perayaan tersebut sejatinya adalah suatu tradisi yang berasal dari festival Celtic kuno, tradisi yang meyakini orang yang sudah meninggal akan menghantui mereka yang masih hidup. Ada yang menyebut hal tersebut sebagai tradisi Aztec kuno, tetapi tidak sedikit yang merujuk perayaan ini sebagai bagian dari tradisi Kristen yang jatuh pada dua hari pertama di bulan November, untuk menghormati santo-santo Katolik dan sekaligus mengenang yang sudah tiada.

Halloween di Amerika telah menjadi bagian dari perayaan tahunan dan bisnis yang sangat besar. Saat itu toko-toko eceran berlomba menjual berbagai asesoris. Misalnya, tengkorak yang terbuat dari kertas, kostum -mulai dari yang lucu hingga mengerikan-, hingga barang-barang dekorasi, seperti lampu, gantungan kunci dan asbak.

Perusahaan pembuat mainan, Mattel, baru-baru ini meluncurkan boneka Barbie khas Halloween yang dijuluki Day of the Dead Barbie. Nike juga merilis sepatu-sepatu atletis dengan tema sama, yang lebih merupakan update model sepatu serupa yang selama ini dikenal sebagai “Cortez.” Nama tersebut diambil dari nama seorang tokoh yang menjatuhkan kekaisaran Aztec, Hernan Cortez.

“Budaya arus utama sebelumnya mengenal Hari Orang Mati atau Day of The Dead sebagai hari dengan tengkorak, gula dan marigold,” ujar Ixtlixochitl Salinas-White Hawk. Ia adalah anggota kelompok suku asli terbesar di Meksiko, Nahua-Mexica atau Aztec, yang kini menetap di Seattle, Washington.

Ia mengecualikan fakta perusahaan-perusahaan besar dan warga bukan suku asli telah ikut merayakan perayaan itu. “Mereka berupaya merayakannya tanpa benar-benar memahami nilai-nilai sebenarnya, obat-obatan dan spiritualitas di baliknya,” ujarnya.

Festival penghormatan mereka yang sudah meninggal ini berawal dari suku Aztec, yang mendedikasikan satu bulan penuh pada akhir musim tanam untuk festival-festival guna menghormati Mictecacihuatl, Lady of The Dead. Ia bersama suaminya, Miclantecuhtl, dipercaya menjaga dunia di bawah tanah.

Dalam serangkaian festival itu, suku Aztec menghidupkan kembali mitos agama dan menyampaikan persembahan makanan, minuman, dan bunga bagi mereka yang sudah meninggal. Seringkali perayaan ini melibatkan pengorbanan manusia, yang menakutkan para penahluk Spanyol dan Gereja Katolik.

Spanyol menggulingkan Kekaisaran Aztec tahun 1521, tetapi mengalami kesulitan untuk benar-benar menghancurkan tradisi spiritual Aztec. Lambat laun spiritualitas pribumi dan Katolik bergabung, gereja-gereja Kristen dibangun di atas situs-situs bekas kuil dan kembali dilangsungkan berbagai festival untuk memperingati hari-hari suci Kristen.

“Mereka tahu persis mereka tidak akan mampu membuat orang melupakan nenek moyang kami,” ujar White Hawk. "Jadi mereka membuatnya menjadi All Saint’s dan All Soul’s Day," lanjutnya.

Ia merujuk pada dua hari besar dalam agama Kristen yang jatuh pada dua hari pertama di bulan November. Hari besar tersebut ditujukan untuk menghormati santo-santo Kristen dan mengenang mereka yang sudah tiada.

Kini Day of The Dead mencakup tiga hari perayaan yang dimulai pada 31 Oktober dan berlangsung hingga 2 November.Tiga hari ini didedikasikan untuk menghormati generasi para nenek moyang.

“Kita tidak serta merta berada disini sendirian,” ujar White Hawk.“Kita ada disini karena nenek moyang kita, lewat kerja keras dan perjuangan mereka, lewat cinta kasih.Jadi kita merayakan dan berterima kasih pada mereka,” jelasnya.

Saat ini komunitas diaspora suku asli di kota-kota di seluruh Amerika merayakan Day of The Dead dengan menggelar parade, festival di jalan-jalan dan prosesi menyalakan lilin di pemakaman.

White Hawk adalah anggota Tloke Nahuake, “bersama dan bersatu,” suatu kelompok tari yang didirikan oleh ayahnya, Juan Salinas. Kelompok tersebut selama beberapa dekade telah melakukan tur keliling Amerika untuk menunjukkan budaya Aztec lewat tarian. Keluarganya telah berpartisipasi dalam perayaan Day of The Dead di Seattle selama puluhan tahun dan mengajak perwakilan dari berbagai komunitas di Meksiko untuk menunjukkan keistimewaan tradisi ini.

“Ada cerita yang dituangkan dalam tarian, dan doa,” ujarnya.“Setiap langkah yang ditarikan memiliki makna, setiap dentuman drum memiliki maksud tertentu. Ini adalah ekspresi siapa kami sesungguhnya, bukan kami pada saat sekarang ini, tetapi semua yang telah diperjuangkan nenek moyang kami hingga saat ini," lanjut White Hawk.

Para penari biasanya menampilkan hiasan kepala sangat besar yang terbuat dari bulu burung berwarna-warni.

White Hawk mengatakan ia memahami mengapa warga bukan suku asli berupaya meniru apa yang dirayakan dalam Day of The Dead.“Saya menghargai bahwa setiap orang memiliki perjalanan tersendiri, berupaya menemukan tempat mereka. Tetapi saya merasa sangat protektif untuk melindungi pengetahuan dan budaya yang telah dipercayakan pada saya. Saya menyadari besarnya tanggung jawab itu. Saya tidak ingin hal ini hilang di tangan orang lain," paparnya. (VOA)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel



Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com selain "" di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri


Iklan Bawah Artikel