-->

Puskesmas Saumlaki Konsisten Layani Penderita Kusta di Tahun 2019

SAUMLAKI, LELEMUKU.COM – Puskesmas Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Provinsi Maluku konsisten layani penderita penyakit kusta di 11 Desa dan 1 Kelurahan, se-Kecamatan Tanimbar Selatan (Tansel).

Menurut Kepala Puskesmas Saumlaki, dr.Laura hingga Bulan Januari 2019 ini penderita penyakit kusta di wilayah kerjanya, yaitu Desa Lermatang, Latdalam, Olilit, Sifnana, Lauran, Kabiarat, Ilngei, Wowonda, Matakus, Bomaki dan Kelurahan Saumlaki mencapai 23 pasien, yang terdiri dari 3 pasien anak dan 20 pasien dewasa.

Ia mengungkapkan dari penemuan pihaknya penularan penyakit itu terbanyak disebabkan oleh kontak erat dan lama dengan penderita.

“Ke 23 pasien ini tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Tansel dan semuanya dalam pengobatan. Terbanyak biasanya kontak serumah,” ungkap dia kepada Lelemuku.com pada Jumat (18/1).

Dr. Laura mengakui pada tahun 2019 ini puskesmasnya akan melaksanakan kegiatan Kemoprofilaksi atau tindakan pemberian obat untuk pencegahan penularan di dua desa yang berpotensi terjadi peningkatan kasus kusta, yaitu Desa Ilngei dan Latdalam.

“Tahun ini kami akan lakukan kemoprofilaksi tapi untuk bulannya belum dapat dipastikan karena kami masih mengupayakan obatnya,” akunya.

Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa penyakit kusta yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks dan meluas meliputi masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional.

"Faktor yang menentukan terjadinya penyakit ini adalah sumber penularan, yaitu manusia yang terjangkit penyakit kusta dan tidak pada hewan. Cara penularannya sendiri terjadi apabila bakteri yang hidup keluar dari tubuh penderita dan masuk ke tubuh orang lain. Cara masuknya melalui saluran pernafasan bagian atas dan kontak kulit yang tidak utuh. Masa inkubasinya adalah dua hingga lima tahun dan bisa lebih," papar dia.

Selanjutnya, menurut dr Laura, dasar diagnosis kusta hanya dapat didasarkan pada penemuan tanda utama seperti lesi atau kelainan kulit yang mati rasa biasanya berbentuk bercak putih atau kemerah-merahan yang mati rasa dan penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf yang diakibatkan oleh peradangan kronis saraf tepi.

Ganguan dari fungsi saraf bisa berupa gangguan fungsi sensoris atau mati rasa, gangguan fungsi motoris atau kelemahan otot bahkan kelumpuhan serta ganguan fungsi otonom seperti kulit kering dan retak-retak.

“Untuk upaya pemutusan mata rantai penularan penyakit ini dapat dilakukan melalui pengobatan Multi Drug Therapy atau kombinasi beberapa antibiotik pada pasien dan vaksinasi BCG,” tutup dia. (Laura Sobuber)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel



Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com selain "" di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri


Iklan Bawah Artikel