Syaikhona Muhammad Kholil Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional 2025: Guru Para Ulama dan Pendiri Pesantren dari Jawa Timur

Syaikhona Muhammad Kholil Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional 2025: Guru Para Ulama dan Pendiri Pesantren dari Jawa Timur

JAKARTA, LELEMUKU.COM – Almarhum Syaikhona Muhammad Kholil resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional tahun 2025 dalam bidang Perjuangan Pendidikan Islam dari Jawa Timur. Penghargaan ini menjadi salah satu dari 10 tokoh yang ditetapkan Presiden Prabowo Subianto melalui Keppres Nomor 116/TK Tahun 2025, diserahkan pada upacara Hari Pahlawan di Istana Negara, Senin (10/11) pagi.  

Syaikhona Muhammad Kholil, yang lebih dikenal sebagai Mbah Kholil Bangkalan, lahir pada 11 Dzulqo'idah 1235 H atau sekitar 1820 M di Desa Kemayoran, Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Ia adalah putra dari Kiai Abdul Lathif bin Abdul Karim, seorang ulama terkemuka di Madura. Sejak kecil, Mbah Kholil menunjukkan kecerdasan luar biasa, hafal Al-Qur'an sebelum usia 10 tahun, dan belajar kepada ulama-ulama besar seperti Syaikh Muhammad Zaini di Mekah.  

Ia mendirikan Pesantren Kademangan di Bangkalan pada 1885, yang menjadi pusat pendidikan Islam terkemuka di Nusantara. Pesantren ini tidak hanya mengajarkan ilmu fiqih, tasawuf, dan tafsir, tetapi juga membentuk karakter nasionalisme dan perlawanan terhadap kolonialisme. Mbah Kholil dikenal sebagai "Guru Para Ulama" karena mendidik tokoh-tokoh besar yang kemudian menjadi pilar bangsa, di antaranya KH Hasyim Asy'ari (pendiri Nahdlatul Ulama), KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, KH As'ad Syamsul Arifin, dan KH Abdul Wahid Hasyim (ayah Gus Dur).  

Perjuangannya dalam pendidikan Islam menjadi fondasi perlawanan nasional. Ia mengajarkan bahwa jihad tidak hanya dengan senjata, tetapi juga melalui ilmu dan akhlak. Pesantrennya menjadi tempat berkumpulnya para pejuang kemerdekaan, dan ia sering memberikan fatwa untuk mendukung perjuangan rakyat melawan penjajah. Mbah Kholil juga dikenal sebagai waliyullah yang karomahnya banyak diceritakan, termasuk kemampuannya membaca hati dan memberikan petunjuk spiritual kepada murid-muridnya.  

Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dalam keterangannya menyambut gembira penganugerahan ini. "Mbah Kholil adalah guru bangsa yang mendidik para pendiri NU. Gelar ini adalah pengakuan negara atas jasa beliau dalam memperkuat peran pesantren sebagai benteng perjuangan nasional," ujarnya.  

Mbah Kholil wafat pada 29 Ramadan 1343 H atau 1925 M di usia sekitar 105 tahun, dan dimakamkan di Bangkalan. Makamnya hingga kini menjadi tempat ziarah jutaan orang setiap tahun, terutama pada haul tahunan. Piagam dan tanda jasa diserahkan kepada keturunannya yang hadir di upacara, termasuk KH Reza Ahmad Zahid dari Pesantren Kademangan.  

Penganugerahan ini menjadi pengakuan resmi pertama dari negara setelah sebelumnya Mbah Kholil hanya dikenal melalui tradisi lisan dan sejarah NU. 

Dalam suasana yang penuh haru dan kebanggaan, para ahli waris hadir mewakili para tokoh untuk menerima gelar dan tanda penghormatan dari Presiden Prabowo Subianto. Kepala Negara menyerahkan secara langsung piagam dan tanda kehormatan negara kepada masing-masing ahli waris sebagai wujud penghargaan atas jasa-jasa besar yang telah diberikan oleh para pahlawan bagi bangsa dan negara.

Upacara penganugerahan diakhiri dengan pemberian ucapan selamat dari Presiden Prabowo Subianto, diikuti oleh para tamu undangan kepada para ahli waris penerima gelar Pahlawan Nasional. Turut hadir dalam acara tersebut adalah Wakil Presiden Gibran Rakabuming, para pimpinan lembaga tinggi negara, para menteri Kabinet Merah Putih, para ketua umum partai politik, para ketua organisasi keagamaan, perwakilan Legiun Veteran Republik Indonesia, serta sejumlah kepala daerah dari berbagai provinsi.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan sepuluh tokoh sebagai Pahlawan Nasional pada peringatan Hari Pahlawan Tahun 2025. Hal tersebut disampaikan Fadli dalam keterangan pers usai upacara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional di Istana Negara, pada Senin (10/11/2025)

“Presiden telah menetapkan 10 pahlawan nasional yang kita sudah ketahui nama-nama pahlawan nasional, yaitu Bapak Abdurrahman Wahid, Bapak Jenderal H.M. Soeharto, Ibu Marsinah, Bapak Mochtar Kusumaatmadja, Sayyiduna Kholil Bangkalan, Sultan ke-16 Dompu, Sultan Tidore ke-37, lalu Tuan Saragih, dan juga Rahmah El Yunusiyyah, dan juga Bapak Sarwo Edhie,” ujar Fadli Zon.

Fadli menegaskan bahwa proses pengusulan dilakukan secara berjenjang, dimulai dari masyarakat di tingkat kabupaten dan kota, kemudian dikaji oleh tim peneliti dan pengkaji gelar daerah. Tim tersebut terdiri dari akademisi, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan gubernur, sebelum akhirnya diajukan ke tim peneliti dan pengkaji gelar tingkat pusat di bawah koordinasi Kementerian Sosial.

“Totalnya ada 49 nama, 40 yang baru dan 9 nama adalah yang carry over juga dari yang sebelumnya dan dari Dewan Gelar sudah menyeleksi ada 24 yang prioritas, kemudian Presiden telah memilih 10 nama pahlawan,” jelas Fadli.

Lebih lanjut, Fadli menegaskan bahwa seluruh tokoh yang ditetapkan telah memenuhi syarat dan kriteria sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Fadli berharap keteladanan para pahlawan dapat menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa.

“Jasa-jasa mereka itu jelas, konkret, dan juga benar-benar merupakan aspirasi yang sudah terseleksi dengan tadi proses yang cukup panjang, bahkan diseminarkan, bahkan dibukukan. Mudah-mudahan ini tujuannya adalah bagaimana ke depan, ini jasa-jasa mereka, keteladanan mereka bisa menjadi pemberi semangat bagi kita,” ucapnya. (evu)

Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.


Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri


Artikel Terkini Lainnya