Perbandingan Fujian dengan Kapal Induk Kelas Nimitz dan Gerald R. Ford AS

Perbandingan Fujian dengan Kapal Induk Kelas Nimitz dan Gerald R. Ford AS

JAKARTA, LELEMUKU.COM – Pengoperasian kapal induk ketiga China, Fujian (Type 003), pada awal November ini menandai kemajuan signifikan dalam modernisasi Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN). Dengan sistem katapel elektromagnetik (EMALS), Fujian melampaui dua pendahulunya yang menggunakan ski-jump. 

Namun, dibandingkan dengan kapal induk AS seperti kelas Nimitz (10 kapal aktif) dan Gerald R. Ford (1 kapal aktif, dengan 9 lagi dalam produksi), Fujian masih tertinggal dalam hal ukuran, daya tahan, dan pengalaman operasional. AS memiliki 11 kapal induk nuklir yang sepenuhnya operasional, sementara China baru mencapai tiga kapal konvensional.

Fujian, yang diluncurkan pada 2022 dan menyelesaikan sembilan uji laut, dirancang untuk operasi CATOBAR (Catapult Assisted Take-Off But Arrested Recovery), serupa dengan kapal AS. 

Meski demikian, para analis militer AS menilai bahwa konfigurasi dek Fujian membatasi tempo operasi udaranya hanya sekitar 60% dari Nimitz, akibat panjang katapel depan yang lebih panjang dan sudut dek pendaratan yang lebih sempit (6 derajat vs. 9 derajat pada Nimitz). Hal ini berpotensi menimbulkan risiko tabrakan pesawat selama peluncuran dan pendaratan simultan.

Analisis berdasarkan data dari US Naval Institute, CNN, dan Business Insider (2024-2025). Kapasitas pesawat Fujian masih dalam pengujian, sementara AS telah terbukti dalam operasi tempur. 

Fujian, dengan bobot penuh muatan sekitar 80 ribu hingga 85 ribu ton, lebih kecil daripada Nimitz yang mencapai 100 ribu ton atau Ford yang sama besarnya. Panjang Fujian sekitar 316 meter, sementara Nimitz 333 meter dan Ford 337 meter, dengan lebar dek penerbangan yang hampir serupa di kisaran 76 hingga 78 meter.

Propulsi menjadi perbedaan utama. Fujian menggunakan mesin konvensional berbahan bakar fosil, sehingga jangkauannya terbatas pada sekitar 8 ribu hingga 10 ribu mil laut sebelum perlu pengisian ulang. Sebaliknya, baik Nimitz maupun Ford ditenagai reaktor nuklir, memungkinkan operasi tanpa batas waktu selama pasokan makanan dan amunisi mencukupi. Kecepatan maksimal ketiganya serupa, di atas 30 knot.

Sistem peluncuran pesawat pada Fujian mengadopsi katapel elektromagnetik dengan tiga jalur, teknologi yang sama dengan Ford yang memiliki empat katapel. Ini lebih maju daripada katapel uap pada Nimitz yang juga empat jalur. Namun, konfigurasi dek Fujian, dengan sudut pendaratan lebih sempit sekitar 6 derajat dibanding 9 derajat pada Nimitz, dapat membatasi tempo operasi hingga hanya 60 persen dari kapal Amerika, menurut analisis mantan pilot angkatan laut AS.

Kapasitas pesawat Fujian diperkirakan 40 hingga 60 unit, termasuk J-15 dan J-35 serta pesawat peringatan dini KJ-600. Nimitz dan Ford mampu membawa 75 hingga 90 pesawat, seperti F/A-18, F-35C, dan E-2D Hawkeye. Awak Fujian sekitar 2.500 hingga 3.000 orang, lebih sedikit daripada 5 ribu hingga 6 ribu pada Nimitz, meski Ford lebih efisien dengan sekitar 4.500 awak berkat otomatisasi.

Fujian mulai beroperasi tahun ini setelah diluncurkan pada 2022, sementara Nimitz pertama masuk layanan sejak 1975 dan masih aktif, dengan Ford sejak 2017. Keunggulan Fujian terletak pada desain domestik dan teknologi katapel modern yang memungkinkan peluncuran pesawat berat dengan muatan penuh. Namun, kapal Amerika unggul dalam pengalaman tempur, jangkauan global, dan infrastruktur pendukung.

Analisis Mendalam

Fujian lebih kecil dari kedua kelas AS, yang memengaruhi kapasitas penyimpanan bahan bakar aviasi dan senjata. Hal ini membatasi operasi jarak jauh dibandingkan kapal nuklir AS, yang bisa berlayar tanpa henti selama berbulan-bulan. Namun, desain dek datar Fujian memungkinkan operasi penuh, mirip Ford, dan memungkinkan peluncuran pesawat seperti KJ-600 (mirip E-2 Hawkeye AS) untuk peringatan dini.

Fujian dan Ford menggunakan EMALS, yang lebih efisien daripada katapel uap Nimitz—memungkinkan peluncuran pesawat dengan muatan penuh tanpa stres berlebih pada struktur pesawat. Fujian memiliki tiga katapel, sementara Ford punya empat, memberi AS keunggulan dalam surge rate (tingkat peluncuran cepat). Para mantan pilot AS mencatat bahwa layout dek Fujian—dengan area pendaratan yang memanjang hingga dekat katapel—mengurangi efisiensi, potensial hanya 60% dari Nimitz dalam operasi simultan.

AS unggul dengan armada pesawat yang lebih beragam dan matang, termasuk F-35C stealth yang telah diterapkan. Fujian bergantung pada J-15 (adaptasi Su-33 Rusia) dan J-35 yang masih dikembangkan, dengan total pesawat lebih sedikit. Ini membatasi proyeksi kekuatan China di luar Laut China Selatan, meski Fujian meningkatkan kemampuan regional seperti pengawasan Selat Taiwan.

Kelas Nimitz telah teruji dalam konflik seperti Perang Teluk dan Afghanistan, dengan jaringan basis global AS yang mendukung. Fujian, meski maju, menghadapi "kurva belajar curam" dalam pelatihan pilot dan integrasi kelompok tempur. China berencana membangun Type 004 (nuklir, mirip Ford) pada 2030-an, tapi saat ini, PLAN masih tertinggal dalam jumlah dan pengalaman.

Secara keseluruhan, Fujian menandai lompatan China menuju angkatan laut biru (blue-water navy), tapi AS mempertahankan superioritas kualitatif dan kuantitatif. Analis dari Lowy Institute menekankan bahwa keunggulan AS bukan hanya teknologi, tapi infrastruktur global dan doktrin operasional yang matang. Pengembangan ini akan memengaruhi keseimbangan Indo-Pasifik, terutama di tengah ketegangan Taiwan dan Laut China Selatan. Komunitas internasional memantau uji tempur pertama Fujian untuk menilai kesiapannya. (evu)

Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.


Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri


Artikel Terkini Lainnya