Polisi Bubarkan Kamp Suku Afrika di Scottish Borders, Kerajaan Kubala Klaim Tanah Leluhur dan Picu Kontroversi
EDINBURGH, LELEMUKU.COM - Polisi Skotlandia telah mengevakuasi sekelompok orang yang mengklaim sebagai "suku Afrika hilang" dari Kingdom of Kubala, yang mendirikan kamp ilegal di lahan milik dewan di Scottish Borders, dekat Jedburgh, pada Rabu 1 Oktober 2025.
Kelompok ini, yang terdiri dari tiga anggota yang mengaku sebagai raja dan ratu dinasti Afrika kuno, mengklaim hutan tersebut sebagai tanah leluhur yang dicuri 400 tahun lalu, memicu perdebatan tentang reparasi sejarah dan hak tanah.
Evakuasi dilakukan tanpa insiden besar setelah pemberitahuan kedua pada 22 September 2025, di mana kelompok ini menolak meninggalkan lokasi meski ada perintah pengadilan. Mereka mendirikan tenda dan api unggun di hutan dekat Jedburgh sejak Agustus 2025, mengklaim sebagai "reparasi atas tanah yang dicuri dari leluhur Kubala oleh penjajah Eropa". Pemimpin kelompok, yang mengaku sebagai Raja dan Ratu Kubala, menyebarkan video di media sosial yang menunjukkan ritual adat dan tuntutan hak atas lahan tersebut, meski tidak ada bukti historis yang diterima secara luas.
Warga setempat dan dewan Scottish Borders terkejut dengan kedatangan kelompok ini, yang mengklaim sebagai keturunan suku Kubala dari Afrika Barat yang "hilang" dan bermigrasi ke Eropa berabad-abad lalu. "Mereka bilang ini tanah leluhur, tapi ini lahan umum kami. Kami dukung hak adat, tapi ini bukan cara yang benar," kata seorang penduduk Jedburgh kepada BBC. Kelompok ini dilarang kembali ke lahan pribadi sebelumnya setelah evakuasi pertama, dan kini ditempatkan di akomodasi sementara oleh otoritas setempat.
Kontroversi ini memicu diskusi nasional di Inggris tentang reparasi kolonial dan hak tanah adat, terutama di Skotlandia yang memiliki sejarah panjang perjuangan tanah. Kelompok Kubala, yang mengklaim warisan dinasti kuno, telah mengajukan tuntutan hukum ke pengadilan, meski ahli sejarah meragukan klaim tersebut. "Ini campuran antara hak asasi dan klaim historis yang tidak berdasar, tapi menyoroti isu reparasi global," kata seorang pakar hukum adat Skotlandia.
Hingga berita ini diturunkan, kelompok Kubala tetap bertahan di akomodasi sementara, dengan rencana banding ke pengadilan. Insiden ini menjadi pengingat akan ketegangan hak tanah di Inggris pasca-kolonialisme, di mana klaim adat semakin sering muncul. (ray)
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.
Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri
