Militer Israel Naik ke Kapal Captain Nikos, Awak Sumud Flotilla Klaim Diculik di Perairan Internasional

Militer Israel Naik ke Kapal Captain Nikos, Awak Sumud Flotilla Klaim Diculik di Perairan Internasional

GAZA, LELEMUKU.COM - Militer Israel telah naik ke kapal Captain Nikos, bagian dari Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza, pada Rabu 1 Oktober 2025, memicu klaim penculikan oleh awak kapal di perairan internasional. 

Insiden ini, yang melibatkan 29 aktivis termasuk Greta Thunberg, menjadi konfrontasi terbaru dalam upaya menembus blokade Gaza, dengan Israel membela tindakannya sebagai langkah keamanan.

Kapal Captain Nikos, yang bergabung dengan armada flotilla dari Italia, dicegat oleh pasukan angkatan laut Israel sekitar pukul 10.00 waktu setempat, sekitar 200 mil laut dari pantai Gaza. 

Video SOS yang dirilis melalui media sosial menunjukkan awak kapal, termasuk Thunberg dan penyair Irlandia Sarah Clancy, memohon bantuan internasional. 

"Kami telah dicegat secara ilegal di perairan internasional selama misi kami untuk memecah blokade dan mengirim bantuan," tulis pernyataan resmi dari Global Sumud Flotilla di situsnya. 

Aktivis Swiss Stéphane Amiguet, yang berada di Captain Nikos, menceritakan bagaimana kapal Israel mendekat di malam hari sebelum naik paksa, memaksa kapal berbelok ke pelabuhan Ashdod untuk "pemeriksaan keamanan".

Israel membela operasi ini dengan merilis rekaman radio, di mana perwira angkatan laut memperingatkan kapal untuk mengubah arah. "Kami bertindak untuk mencegah provokasi dan memastikan bantuan disalurkan dengan benar," klaim Kementerian Luar Negeri Israel. Namun, flotilla menolak klaim itu, menyebut intersepsi sebagai pelanggaran Konvensi Hukum Laut PBB karena terjadi di perairan internasional, bukan wilayah Israel.

Misi Global Sumud Flotilla, yang membawa obat-obatan, makanan, dan peralatan medis, adalah upaya kedua tahun ini setelah kapal Handala dicegat pada Juli 2025. Thunberg, yang bergabung sebagai simbol solidaritas, menyatakan dalam video SOS bahwa "ini adalah upaya damai untuk bantuan, tapi kami dihadang dengan kekerasan". 

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengecam intersepsi atas tujuh warganya yang ditahan, menuntut pembebasan segera. Kementerian Luar Negeri Irlandia juga bereaksi atas penahanan Clancy, meminta Israel menjamin hak-haknya.

Amnesty International menyerukan penyelidikan independen atas dugaan penculikan, sementara Uni Eropa memantau melalui perwakilannya di Tel Aviv. Insiden ini mengingatkan pada Mavi Marmara raid 2010, di mana sembilan aktivis tewas saat flotilla dicegat. 

Hingga Kamis 2 Oktober 2025, awak kapal masih ditahan di Israel, dengan negosiasi pembebasan berlangsung. Flotilla menuntut akses bebas ke Gaza, menyoroti krisis kemanusiaan di tengah blokade yang disebut PBB sebagai "hukuman kolektif". (ray)

Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.


Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri


Artikel Terkini Lainnya