Awak Sumud Flotilla Kirim SOS: Greta Thunberg dan 29 Sukarelawan Diklaim Diculik Israel di Perairan Internasional
NEW YORK, LELEMUKU.COM - Awak kapal bantuan Global Sumud Flotilla, termasuk aktivis lingkungan Greta Thunberg, mengirim sinyal SOS darurat pada Rabu 1 Oktober 2025, mengklaim telah diculik secara ilegal oleh pasukan angkatan laut Israel di perairan internasional.
Insiden ini terjadi saat flotilla berusaha menembus blokade Gaza untuk mengirim bantuan kemanusiaan, memicu kecaman internasional dan tuntutan pembebasan segera dari berbagai pihak, termasuk pemerintah Malaysia atas warganya yang terlibat.
Kapal Sirius, bagian dari misi Global Sumud Flotilla yang membawa 29 sukarelawan dari berbagai negara—termasuk tujuh warga Malaysia—dicegat oleh angkatan laut Israel sekitar pukul 10.00 waktu setempat.
Video SOS yang dirilis melalui media sosial menunjukkan awak kapal, termasuk Greta Thunberg dan penyair Irlandia Sarah Clancy, menyatakan bahwa mereka "diculik" dan meminta bantuan internasional.
"Kami telah dicegat secara ilegal di perairan internasional selama misi kami untuk memecah blokade dan mengirim bantuan," tulis pernyataan resmi dari Global Movement to Gaza di situsnya.
Video-video tersebut juga dirilis oleh warga Malaysia melalui halaman Facebook Sumud Nusantara Official, menampilkan pesan darurat dari tujuh sukarelawan yang memohon pembebasan.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim segera mengutuk intersepsi tersebut, menyebutnya sebagai "tindakan tidak bertanggung jawab" dan menuntut pembebasan delapan warganya yang dikonfirmasi ditahan oleh Israel.
"Kami mengecam intersepsi kapal bantuan ini dan meminta komunitas internasional campur tangan," ujar Anwar dalam pernyataan resminya.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Irlandia juga bereaksi atas penahanan Sarah Clancy, meminta pemerintah Israel membebaskannya dan menjamin hak-haknya sebagai warga Eropa.
Israel membela tindakannya dengan merilis video komunikasi radio, di mana seorang perwira angkatan laut memperingatkan kapal flotilla untuk mengubah arah ke Ashdod, Israel, untuk pemeriksaan keamanan.
"Kami bertindak untuk mencegah provokasi dan memastikan bantuan disalurkan dengan benar," klaim Kementerian Luar Negeri Israel dalam video yang dirilis.
Namun, aktivis flotilla menolak klaim itu, menyebut intersepsi sebagai pelanggaran hukum internasional karena terjadi di perairan internasional, bukan wilayah Israel.
Misi Global Sumud Flotilla, yang diluncurkan sebagai bagian dari upaya global untuk mendukung Palestina, membawa obat-obatan, makanan, dan peralatan medis untuk Gaza di tengah krisis kemanusiaan yang memburuk.
Ini adalah kelanjutan dari Freedom Flotilla sebelumnya yang dicegat pada 2010, di mana sembilan aktivis tewas. Greta Thunberg, yang bergabung sebagai simbol solidaritas, menyatakan dalam video SOS bahwa "ini adalah upaya damai untuk bantuan, tapi kami dihadang dengan kekerasan."
Komunitas internasional bereaksi cepat: Amnesty International menyerukan penyelidikan independen atas dugaan penculikan, sementara Uni Eropa memantau situasi melalui perwakilannya di Tel Aviv.
Hingga Kamis 2 Oktober 2025, awak kapal masih ditahan di Israel, dengan negosiasi pembebasan sedang berlangsung. Insiden ini menambah ketegangan di Timur Tengah, di mana blokade Gaza terus menjadi isu kontroversial di forum global seperti UNGA ke-80. (ray)
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.
Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri
