Viral Tanggul Beton di Pesisir Cilincing Ancam Penghidupan Nelayan, Pemprov DKI Sebut Dibangun Tanpa Izin
JAKARTA, LELEMUKU.COM – Keberadaan tanggul beton sepanjang 2-3 kilometer di pesisir Cilincing, Jakarta Utara, menjadi sorotan setelah viral di media sosial karena mengganggu aktivitas nelayan setempat.
Tanggul ini, yang diduga dibangun untuk bongkar muat batubara oleh perusahaan swasta, telah memicu keluhan dari nelayan karena menghalangi jalur perlintasan tradisional mereka, meningkatkan biaya operasional, dan menyebabkan pencemaran laut yang merusak ekosistem perikanan.
Menurut laporan, pembangunan tanggul beton di perairan Marunda, Cilincing, dimulai pada Mei 2025, diduga sebagai fondasi untuk proyek reklamasi pelabuhan batubara oleh anak usaha PT Karya Teknik Utama, yaitu PT Karya Citra Nusantara.
Hingga Agustus 2025, tiga tanggul beton telah selesai dibangun, masing-masing membentang sekitar 3 kilometer dari daratan ke tengah laut.
Struktur ini digunakan untuk aktivitas bongkar muat batubara curah, yang telah menyebabkan pencemaran air laut dengan limbah minyak dan getaran tiang pancang yang merusak bagan penangkapan ikan.
Nelayan setempat, seperti Heriyanto dan Boy, mengeluhkan dampak serius terhadap penghidupan mereka. Sebelumnya, mereka bisa memperoleh pendapatan Rp3-5 juta per hari dari tangkapan ikan seperti cakalang, tembang putih, teri, dan cumi-cumi.
Kini, hasil tangkapan menurun drastis menjadi hanya ikan beseng seharga Rp1.000 per kilogram, dengan pendapatan harian merosot hingga Rp50.000.
“Jalur melaut tersendat, harus memutar lebih jauh, biaya bahan bakar naik, dan ikan kabur karena laut tercemar,” ujar Boy, seorang nelayan, kepada Kompas.
Keberadaan tanggul telah menyebabkan kerusakan ekosistem laut, dengan limbah batubara dan minyak dari kapal tongkang mencemari perairan, membuat nelayan mengalami iritasi kulit dan mata.
“Pasti perih banget, gatal, panas, mata kayak bukan iritasi lagi, bisa rusak kalau enggak buru-buru dicuci,” ungkap Boy. Selain itu, getaran dari pemasangan tiang pancang telah merusak setidaknya 10 bagan nelayan, dan ikan-ikan bernilai tinggi kini sulit ditemukan, digantikan oleh ikan beseng yang murah.
Ketua Forum Masyarakat Rusun Marunda, Didi Suwandi, juga menyebut adanya potensi banjir rob yang semakin meluas akibat tanggul ini.
“Air rob yang sebelumnya tidak masuk ke Rusun Marunda kini mulai terjadi setelah aktivitas reklamasi ini,” katanya, menambahkan bahwa warga menolak keberadaan tanggul karena dampaknya yang merugikan.
Kepala Bidang Pengendalian Rob dan Pengembangan Pesisir Pantai Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, Ciko Tricanescoro, menegaskan bahwa tanggul beton tersebut bukan bagian dari proyek tanggul raksasa National Capital Integrated Coastal Development (NCICD), yang dirancang untuk menahan banjir rob.
“Merespons viralnya tanggul beton di pesisir Cilincing, Jakarta Utara, Dinas SDA DKI Jakarta menyatakan bahwa tanggul tersebut bukan bagian dari proyek atau pekerjaan Tanggul NCICD,” ujar Ciko pada Rabu, 10 September 2025.
Lebih lanjut, Ketua Subkelompok Perencanaan Bidang Pengendalian Rob dan Pengembangan Pesisir Pantai, Alfan Widyastanto, menyatakan bahwa Dinas SDA DKI tidak pernah mengeluarkan izin untuk pembangunan tanggul tersebut dan tidak memiliki kewenangan atas proyek tersebut.
“Informasi lebih lanjut terkait tanggul itu mungkin bisa dicek sendiri ke lapangan,” tambahnya.
Meskipun Dinas SDA DKI menegaskan tidak ada izin dari pihak mereka, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Pung Nugroho Saksono, menyatakan bahwa proyek tersebut telah memiliki perizinan lengkap, termasuk Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (PKKPRL), izin perusahaan, AMDAL, dan izin lingkungan. (evu)
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.
Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri
