Recep Erdoğan Sebut Turki Siap Perang Skala Penuh dengan Israel untuk Membela Palestina
ANKARA, LELEMUKU.COM – Ketegangan antara Turki dan Israel memuncak setelah pernyataan keras dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan yang mengindikasikan kesiapan negaranya untuk memulai perang skala penuh dengan Israel demi mendukung Palestina.
Pernyataan ini disampaikan Erdoğan dalam pidato di hadapan parlemen Turki pada 6 September 2025, di tengah eskalasi konflik Israel-Palestina yang telah menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina di Gaza sejak Oktober 2023 lalu.
Meski demikian, para analis menilai ancaman ini lebih bersifat retoris, mengingat implikasi geopolitik dan ekonomi yang besar bagi kedua negara.
Dalam pidatonya, Erdoğan mengecam tindakan militer Israel di Gaza sebagai “genosida” dan membandingkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan Adolf Hitler.
“Kami tidak akan tinggal diam melihat pembantaian di Gaza. Jika perlu, Turki akan mengambil langkah tegas seperti yang kami lakukan di Karabakh dan Libya untuk menghentikan Israel,” ujar Erdoğan, merujuk pada intervensi militer Turki di konflik Nagorno-Karabakh pada 2020 dan Libya.
Pernyataan ini merupakan kelanjutan dari sikap Turki yang semakin kritis terhadap Israel sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan respons militer Israel yang dianggap berlebihan.
Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan memperkuat pernyataan ini dengan mengumumkan bahwa Turki telah memutuskan hubungan perdagangan dengan Israel, menutup ruang udara untuk pesawat Israel, dan melarang kapal Israel berlabuh di pelabuhan Turki sejak Agustus 2025.
“Tindakan Israel mengancam stabilitas seluruh kawasan Timur Tengah. Dunia harus bertindak untuk menghentikan genosida ini,” kata Fidan dalam sesi parlemen khusus tentang Gaza pada 29 Agustus 2025.
Hubungan Turki-Israel
Hubungan Turki-Israel, yang sempat harmonis sejak Turki menjadi negara mayoritas Muslim pertama yang mengakui Israel pada 1949, telah memburuk signifikan dalam dua dekade terakhir di bawah kepemimpinan Erdoğan.
Isu Palestina menjadi sentral dalam kebijakan luar negeri Turki, dengan Erdoğan kerap menyuarakan dukungan untuk Hamas, yang dianggapnya sebagai gerakan perlawanan sah, berbeda dengan pandangan Israel yang menyebut Hamas sebagai organisasi teroris.
Pada Mei 2024, Turki menghentikan perdagangan langsung dengan Israel senilai US$7 miliar per tahun, menuntut gencatan senjata permanen di Gaza dan akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan.
Ancaman Erdoğan pada Juli 2024 untuk “mengintervensi” Israel memicu respons keras dari Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz, yang membandingkan Erdoğan dengan mantan diktator Irak Saddam Hussein.
Meski ancaman perang skala penuh terdengar mengguncang, para analis menilai konflik langsung antara Turki dan Israel sangat tidak mungkin terjadi.
Mehmet Öğütçü dari Global Panorama menegaskan bahwa perang terbuka akan merugikan kedua belah pihak, terutama karena ekonomi Turki yang rapuh dan keterlibatan kedua negara dalam aliansi NATO.
“Washington tidak akan tinggal diam jika dua sekutunya terlibat konflik,” tulisnya pada April 2025.
Selain itu, Turki masih mempertahankan beberapa perjanjian strategis dengan Israel, seperti kerja sama energi dan tekstil, meskipun hubungan diplomatik memburuk.
Turki sendiri sedang menghadapi tantangan domestik, seperti inflasi tinggi dan ketegangan dengan kelompok Kurdi di Suriah, yang diduga mendapat dukungan diam-diam dari Israel. Hal ini membuat Turki cenderung memilih pendekatan retoris ketimbang aksi militer langsung. (Evu)
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.
Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri
