Protes Anti-Pemerintah di Madagascar : Ribuan Massa Hadapi Gas Air Mata, Presiden Bubarkan Kabinet

Protes Anti-Pemerintah di Madagascar Kembali Meledak, Ribuan Massa Hadapi Gas Air Mata, Presiden Bubarkan Kabinet

ANTANANARIVO, LELEMUKU.COM - Ribuan warga Madagascar kembali turun ke jalan di ibu kota Antananarivo dan beberapa kota besar lainnya pada Senin 29 September 2025, melanjutkan gelombang demonstrasi anti-pemerintah yang dipicu oleh pemadaman listrik dan air yang berkepanjangan. 

Protes yang dikenal sebagai gerakan "Leo Délestage" atau dalam bahasa Malagasi berarti "Hidup Bebas" ini dipimpin oleh pemuda Gen Z. Berlangsung damai awalnya, namun berujung bentrokan dengan aparat keamanan yang menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa.

Demonstrasi ini merupakan kelanjutan dari aksi yang dimulai pada 25 September 2025 di Antananarivo, di mana pemuda menuntut solusi darurat atas krisis utilitas dasar yang telah melumpuhkan kehidupan sehari-hari. 

Ribuan peserta, mayoritas pemuda, berkumpul di pusat kota dan kota-kota seperti Toamasina serta Fianarantsoa, meneriakkan slogan menuntut pengunduran diri pemerintah Presiden Andry Rajoelina. 

Aparat keamanan merespons dengan peluncuran gas air mata dan peluru karet, menyebabkan beberapa demonstran terluka ringan dan kepanikan di kalangan massa.

Komisaris Tinggi HAM PBB, Volker Türk, menyatakan keterkejutannya atas respons kekerasan aparat terhadap protes damai, menyerukan penyelidikan independen atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia. 

"Protes damai dimulai di ibu kota Antananarivo pada 25 September, tapi pasukan keamanan campur tangan dengan kekerasan yang tidak perlu, meluncurkan gas air mata," ujar Türk dalam pernyataan resminya. 

Sementara itu, media lokal melaporkan bahwa polisi juga menembakkan peluru karet saat ratusan warga memprotes pemadaman air dan listrik yang berkepanjangan.

Gelombang protes ini mencapai puncaknya pada 29 September, dengan ribuan orang berkumpul di jalan-jalan utama Antananarivo, melempar kembali tabung gas air mata ke arah polisi sambil menuntut perubahan struktural. 

Demonstran, yang banyak mengenakan kaos bertuliskan Leo Délestage ini menyebut kegagalan pemerintah dalam mengatasi krisis energi yang telah berlangsung sejak musim kemarau panjang. 

"Kami tidak bisa hidup tanpa air dan listrik. Ini bukan protes biasa, ini perjuangan untuk bertahan hidup," kata seorang demonstran berusia 22 tahun kepada CNN.

Dalam respons dramatis, Presiden Andry Rajoelina mengumumkan pembubaran kabinet pada 29 September 2025, mengakui kegagalan pemerintahan dalam menangani krisis. 

"Saya membubarkan pemerintah setelah protes pemuda atas pemadaman air dan listrik," ujar Rajoelina melalui pidato nasional, menjanjikan pembentukan kabinet baru dalam waktu dekat. 

Langkah ini dianggap sebagai upaya meredam amarah massa, meski demonstran menuntut pengunduran diri penuh daripada perombakan sementara.

Protes ini meletus di seluruh Madagascar pada September 2025, terutama di Antananarivo, dan telah menewaskan beberapa orang dalam bentrokan sebelumnya. Le Monde melaporkan bahwa ribuan orang berkumpul di beberapa kota pada 29 September, dengan polisi merespons menggunakan gas air mata.

Situasi tetap tegang, dengan organisasi hak asasi manusia seperti Amnesty International menyerukan dialog nasional untuk menyelesaikan akar masalah krisis fasilitas hidup ini. (evu)

Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.


Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri


Artikel Terkini Lainnya