Pergantian Menteri Keuangan Sri Mulyani ke Purbaya Yudi Sadewa Guncang Pasar Keuangan
JAKARTA, LELEMUKU.COM – Pergantian Menteri Keuangan Republik Indonesia dari Sri Mulyani Indrawati (SMI) ke Purbaya Yudi Sadewa pada Senin 8 September 2025 mengguncang pasar keuangan nasional.
Reaksi investor terlihat jelas melalui pelemahan rupiah, penurunan indeks saham, dan kenaikan imbal hasil obligasi, mencerminkan ketidakpastian terhadap kredibilitas fiskal yang selama ini dijunjung tinggi oleh SMI.
Sri Mulyani, yang menjabat sebagai Menteri Keuangan sejak 2016 dan sebelumnya pada 2005-2010, dikenal sebagai penjaga utama disiplin fiskal Indonesia.
Ia berhasil menjaga defisit anggaran di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) hampir setiap tahun, kecuali selama pandemi COVID-19.
Dedikasi dan reformasi yang dilakukannya, termasuk penguatan sistem pajak dan pengelolaan utang, telah menuai pujian internasional. Pada 2018, SMI bahkan dinobatkan sebagai Menteri Keuangan Terbaik oleh majalah internasional.
Ia juga memimpin Indonesia melewati dua krisis besar: Krisis Keuangan Global 2008 dan pandemi COVID-19, yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di tengah ketidakpastian global.
Kepergian SMI, yang diumumkan oleh Presiden Prabowo Subianto, menjadi kehilangan besar bagi investor lokal maupun global.
Pasar keuangan langsung bereaksi terhadap berita ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,3% pada hari pengumuman, menghapus keuntungan sebelumnya.
Rupiah melemah terhadap dolar AS, meskipun hanya sedikit, sementara imbal hasil obligasi pemerintah naik, mencerminkan peningkatan risiko yang dirasakan oleh investor.
Pada 8 September 2025 lalu IHSG terkoreksi sekitar 1,6 persen, menjadi salah satu penurunan harian terbesar sejak pertengahan tahun, padahal hanya beberapa hari sebelumnya indeks sempat mencetak rekor intraday di atas 8.022.
Purbaya Yudi Sadewa, yang menggantikan SMI, adalah ekonom dengan gelar master dan doktor dari Purdue University, Amerika Serikat, dan sebelumnya menjabat sebagai CEO Danareksa Securities.
Dalam konferensi pers pertamanya, Purbaya berjanji untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi sesuai target Presiden Prabowo sebesar 8%, tanpa perlu menaikkan pajak baru.
"Pertumbuhan 8% bukanlah hal yang mustahil. Kami akan mencari cara untuk mendorong ekonomi melalui keterlibatan sektor privat dan pemerintah," ujarnya.
Namun, janji tersebut belum cukup untuk menenangkan investor. Banyak yang khawatir bahwa fokus pada pertumbuhan cepat dapat mengorbankan disiplin fiskal yang selama ini menjadi ciri khas SMI.
"Investor membutuhkan kepastian bahwa Purbaya dapat menjaga stabilitas makroekonomi, terutama di tengah tekanan anggaran akibat program makan gratis Presiden Prabowo," kata Ahmad Mikail, analis dari Mandiri Sekuritas.
Program makan gratis, yang menargetkan lebih dari 80 juta penerima, telah menjadi prioritas utama pemerintahan Prabowo, namun juga menjadi beban fiskal yang signifikan.
SMI sebelumnya sempat mengingatkan tentang risiko defisit anggaran yang membengkak jika program ini tidak dikelola dengan hati-hati. Kepergiannya meninggalkan kekosongan kepemimpinan di tengah tantangan ini.
Purbaya, yang dikenal dengan pendekatan optimis terhadap ekonomi, menegaskan bahwa ia akan bekerja sama dengan tim ekonomi untuk memastikan pertumbuhan tidak mengorbankan stabilitas. (Evu)
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.
Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri
