Pegunungan Arfak jadi Surganya Birdwatching Cendrawasih di Papua Barat

Pegunungan Arfak jadi Surganya Birdwatching Cendrawasih di Papua Barat

MANOKWARI, LELEMUKU.COM – Pegunungan Arfak, destinasi wisata alam yang terletak sekitar tiga jam perjalanan dari Manokwari, Papua Barat, kian menarik perhatian para pecinta burung dan wisatawan petualang. 

Meski belum setenar Raja Ampat, kawasan ini menawarkan pengalaman eksklusif menyaksikan burung Cendrawasih dan spesies langka lainnya, menjadikannya surga bagi penggemar birdwatching.

Pegunungan Arfak, dengan ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut, memiliki iklim sejuk (15-20°C) yang kontras dengan sebagian besar wilayah Indonesia. Kawasan ini merupakan rumah bagi empat spesies Cendrawasih endemik diantaranya Parotia Arfak (Parotia sefilata), Vogelkop Superb Bird-of-Paradise (Lophorina niedda), Paradigalla Ekor Panjang (Paradigalla carunculata), dan Astrapia Arfak (Astrapia nigra). 

Selain itu, terdapat 320 spesies burung lainnya, termasuk Vogelkop Bowerbird yang terkenal dengan “taman” dekoratifnya dan Black Sicklebill dengan tarian memukau untuk menarik pasangan.

Menurut laporan terbaru dari EcoNusa pada 5 Agustus 2021, Pegunungan Arfak memiliki ekosistem beragam, mulai dari hutan hujan dataran rendah hingga hutan pegunungan, yang mendukung keberadaan 110 spesies mamalia dan 2.770 jenis anggrek. 

Salah satu daya tarik utama adalah kesempatan menyaksikan tarian “magis” Parotia Arfak dan Vogelkop Superb Bird-of-Paradise, yang baru ditemukan pada 2016 oleh peneliti Edwin Scholes dan Tim Laman.

Pada Agustus 2025, laporan dari wildherpingcom mencatat pengalaman birdwatching di Pegunungan Arfak, termasuk observasi malam hari yang berhasil merekam Arfak Ringtail Possum dan Stein’s Cuscus, serta kunjungan ke sarang Vogelkop Bowerbird dan Western Parotia. 

Meski fasilitas di kawasan ini masih sederhana—dengan tantangan seperti air mandi dingin dan serangga di tempat tidur—keunikan satwa liar membuat pengalaman ini tak terlupakan.

Wisatawan dapat mengikuti tur birdwatching berdurasi 5-7 hari, yang biasanya mencakup akomodasi di guesthouse atau kemah, makanan, transportasi, dan pemandu lokal berpengalaman. 

Waktu terbaik untuk mengamati burung adalah pagi atau sore hari, ketika burung paling aktif. Selain birdwatching, pengunjung dapat menikmati keindahan Danau Anggi, rumah adat Kaki Seribu (Mod Aki Aksa) di Kampung Kwau, dan interaksi budaya dengan masyarakat Hattam, Meyah, dan Sougb.

Media sosial ramai dengan antusiasme wisatawan. Netizen menyebut Pegunungan Arfak sebagai “hidden gem untuk pecinta alam dan burung eksotis”. 

Sementara Pemerintah setempat, bekerja sama dengan BKSDA Papua Barat, terus mempromosikan wisata berkelanjutan untuk menjaga kelestarian ekosistem dan mendukung ekonomi lokal. (Evu)

Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.


Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri


Artikel Terkini Lainnya