Jembatan Kalibobo Retak Pascagempa, Baru Delapan Hari Selesai Direhabilitasi

Jembatan Kalibobo Retak Pascagempa, Baru Delapan Hari Selesai Direhabilitasi

NABIRE, LELEMUKU.COM – Jembatan Kalibobo di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah, mengalami retakan pada bagian ujung setelah diguncang gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,6 pada Jumat (19/9/2025) dini hari pukul 03.19 WIT. Ironisnya, jembatan yang menjadi jalur vital warga tersebut baru delapan hari selesai direhabilitasi, tepatnya pada 13 September 2025 lalu.  

Berdasarkan data yang diterima, perbaikan jembatan Kalibobo dimulai sejak 13 Agustus 2025 hingga 13 September 2025 dengan tahapan pekerjaan yang terperinci. Proses rehabilitasi meliputi pembongkaran lantai jembatan selama 4 hari, pengecoran lantai baru selama 4 hari, serta masa tunggu umur beton selama 21 hari hingga beton mencapai kekuatan sesuai perencanaan. 

Namun, gempa bumi yang terjadi hanya beberapa hari setelah rehabilitasi selesai menyebabkan kerusakan pada struktur jembatan tersebut.  

Gempa bumi magnitudo 6,6 ini, dengan pusat gempa 29 kilometer barat laut Nabire dan kedalaman 24 kilometer, tidak berpotensi tsunami menurut BMKG. Namun, guncangan yang kuat dirasakan di berbagai wilayah Papua Tengah, termasuk Nabire, Wasior, Enarotali, Timika, Biak, dan Supiori. 


Dampak dari gempa ini cukup besar pada infrastruktur, termasuk jembatan Kalibobo yang menjadi salah satu jalur vital warga untuk menghubungkan kawasan Pasar Kalibobo dengan pusat kota.  

Kerusakan jembatan Kalibobo menambah daftar infrastruktur yang terdampak gempa ini. Bandara Baru Douw Aturure di Wanggar, Nabire Barat, juga mengalami kerusakan cukup serius dengan kaca penyangga di area terminal yang pecah. 

Gereja Malompo dan Kantor Gubernur Papua Tengah turut terdampak, dengan plafon yang jebol dan rusak. Selain itu, seluruh layanan Telkomsel dan IndiHome di Nabire mengalami gangguan total sejak pagi hari akibat rusaknya jalur kabel di beberapa titik, yakni Nabire–Rasiei, Serui–Botawa, dan Timika–Tigi.  

Hingga pukul 07.30 WIB, BMKG mencatat sudah terjadi 49 aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) pasca gempa utama, dengan magnitudo terbesar 5,1. Aktivitas seismik ini menunjukkan bahwa wilayah Nabire masih berada dalam kondisi rawan gempa. "Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti informasi resmi dari BMKG," ujar Dr. Daryono, Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG.

Pemerintah daerah dan tim penanggulangan bencana tengah berkoordinasi untuk menangani dampak gempa ini. (evu)

Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.


Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri


Artikel Terkini Lainnya