Istri Khalil al-Hayya Berduka di Makam Putranya Usai Serangan Israel di Qatar
DOHA, LELEMUKU.COM - Sebuah pemandangan mengharukan terlihat di Qatar. Istri dari Khalil al-Hayya, salah satu pemimpin senior Hamas, sedang berduka mendalam di atas makam putranya, Himam al-Hayya, yang tewas dalam serangan udara Israel di Doha pada Selasa (9/9/2025) lalu.
Hamas mengklaim bahwa sang istri mengalami luka-luka dalam serangan yang sama, sementara suaminya yang bertanggung jawab atas negosiasi dengan Israel tidak terlihat di lokasi, seperti dikutip pada 12 September 2025.
Serangan Israel, yang dikenal sebagai "Operation Summit of Fire" oleh IDF, menargetkan pertemuan para pemimpin Hamas di sebuah kompleks residensial di kawasan Katara, Doha, saat mereka membahas proposal gencatan senjata yang disponsori AS.
Qatar, sebagai mediator utama bersama AS dan Mesir sejak 2012, menjadi tuan rumah bagi biro politik Hamas, membuat serangan ini menjadi pelanggaran berani terhadap kedaulatan negara sekutu AS yang menampung ribuan pasukan Amerika.
Saksi mata melaporkan hingga delapan ledakan terdengar siang hari, dengan asap mengepul di langit utara kota.
Hamas mengonfirmasi enam korban tewas dari kalangan mereka, termasuk Himam al-Hayya, putra Khalil; Jihad Labad Abu Bilal, direktur kantor Khalil; serta tiga "asisten" yang diduga pengawal—Abdullah Abu Khalil, Muaman Abu Omar, dan Ahmad Abu Malek.
Selain itu, satu petugas keamanan internal Qatar tewas, dan beberapa warga sipil terluka, termasuk istri Khalil yang disebut mengalami cedera ringan.
Hamas menyatakan bahwa serangan itu gagal membunuh pemimpin senior seperti Khalil al-Hayya, Khaled Mashaal, Zaher Jabarin, dan Muhammad Darwish, meski Israel mengklaim optimis atas hasilnya.
Namun hingga saat ini belum ada bukti yang diberikan Hamas untuk membuktikan kelangsungan hidup para pemimpinnya.
Khalil al-Hayya, kepala unit Gaza Hamas dan negosiator utama, sebelumnya kehilangan banyak anggota keluarga dalam konflik: istrinya, tiga anak, dan tiga saudara tewas dalam serangan Israel ke rumahnya di Gaza pada 2007, sementara putra lain tewas pada 2008.
Kehadirannya yang absen dalam momen duka istri dan pemakaman putranya menimbulkan spekulasi, meski Hamas menyatakan ia selamat dan terus memimpin negosiasi.
Reaksi internasional mengalir deras. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut serangan "sepenuhnya dibenarkan" sebagai balasan atas serangan 7 Oktober 2023, sementara AS menyatakan serangan itu "tidak memajukan tujuan Israel atau Amerika" dan mengkritik lokasinya di Qatar.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebutnya "tidak dapat diterima", PM Inggris Keir Starmer memperingatkan eskalasi regional, dan Paus Leo XIV menilai situasi "sangat serius". Qatar mengecam serangan sebagai "kejahatan keji" dan pelanggaran hukum internasional, tapi PM Mohammed bin Abdulrahman al-Thani menegaskan Doha akan lanjutkan peran mediasi.
Serangan ini mengancam upaya gencatan senjata, di mana proposal AS menjanjikan pembebasan 48 sandera Gaza dalam 48 jam pertama gencatan 60 hari, tukar tahanan Palestina, dan negosiasi permanen. (evu)
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.
Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri
