Epen Cupen, Warisan Seni dari Klemens Awi yang Melegenda di Seluruh Indonesia
JAKARTA, LELEMUKU.COM – Epen Cupen bukan sekadar nama serial atau film, melainkan fenomena budaya yang lahir dari tanah Papua dan sukses menembus panggung nasional. Serial ini, yang mulai populer pada awal 2010-an, menjadi wadah bagi talenta lokal Papua untuk menunjukkan kemampuan mereka di dunia hiburan Indonesia.
Salah satu tokoh sentral dalam serial ini adalah Klemens Awi, atau yang lebih dikenal sebagai Celo, komedian yang baru-baru ini berpulang pada Jumat (19/9/2025) pukul 01.15 WIB di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Epen Cupen awalnya adalah sebuah komunitas seni yang didirikan di Merauke, Papua Selatan, oleh Irham Acho Bachtiar. Komunitas ini bertujuan untuk mengangkat potensi seni dan budaya Papua melalui hiburan yang segar dan relevan.
Serial Epen Cupen sendiri mulai tayang di platform digital dan kemudian meluas ke televisi nasional, menarik perhatian masyarakat dengan sketsa-sketsa komedi yang mengandalkan logat Papua, humor sederhana, dan kisah-kisah kehidupan sehari-hari yang relatable.
Celo, dengan logat khas Merauke-nya, menjadi salah satu bintang utama dalam serial ini. Karakternya yang jujur, polos, dan penuh humor membuatnya cepat dikenal dan dicintai oleh penonton.
Kesuksesan serial ini kemudian melahirkan film *Epen Cupen the Movie* pada 2015, yang menjadi milestone penting dalam karier Celo. Film ini tidak hanya membawa nama Celo ke layar lebar, tetapi juga memperkenalkan wajah Papua ke khalayak nasional dengan cara yang menghibur dan inspiratif.
Epen Cupen bukan hanya tentang tawa. Serial ini juga menjadi representasi kekayaan budaya Papua, di mana logat, adat, dan kehidupan sehari-hari menjadi bahan baku kreatifitas. Irham Acho Bachtiar, sebagai produser dan kreator, sering kali menekankan bahwa Epen Cupen adalah tentang membangun jembatan antara Papua dan Indonesia melalui seni.
"Kami ingin menunjukkan bahwa anak Papua punya talenta yang tidak kalah dengan daerah lain," ujarnya dalam wawancara sebelumnya.
Selain Celo, Epen Cupen juga melahirkan talenta-talenta lain seperti Babe Cabita, Marissa Nasution, dan Edward Gunawan, yang semuanya berkontribusi pada kesuksesan serial ini. Namun, Celo tetap menjadi ikon utama, dengan karakteristiknya yang khas dan kemampuan berakting yang alami.
Film *Epen Cupen the Movie* menceritakan perjalanan Celo dan teman-temannya yang terlibat dalam berbagai komedi situasi, often mengandalkan kesalahpahaman dan interaksi lintas budaya untuk menciptakan humor.
Sebelum kepergiannya, Celo sempat menghadapi masa sulit akibat komplikasi kesehatan pada paru-parunya. Sahabat-sahabat seniman, termasuk musisi dan aktor terkenal, menggelar konser donasi di GLAS Cempaka Putih, Jakarta, pada Minggu (13/9/2025) untuk membantu biaya pengobatannya. Acara tersebut menjadi bukti solidaritas dan apresiasi terhadap kontribusi Celo di dunia hiburan.
Kini, dengan kepergian Celo, Epen Cupen tidak hanya kehilangan salah satu pilar utamanya, tetapi juga sosok yang telah mewarnai dunia hiburan Indonesia dengan tawa dan kehangatan.
Irham Acho Bachtiar, yang mendampingi Celo sejak awal kariernya, mengungkapkan duka mendalam melalui akun Facebook-nya. “Karyamu akan terus dikenang sampai kapanpun. Beristirahatlah dalam damai kawan. Ternyata obrolan kita minggu lalu adalah percakapan terakhir yang tak akan pernah terulang kembali,” tulisnya.
Jenazah Celo sementara disemayamkan di RS Polri Kramat Jati dan akan dipulangkan ke Merauke, Papua Selatan, untuk dimakamkan. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar Epen Cupen, sahabat-sahabat seniman, serta masyarakat luas yang pernah terhibur oleh tawa khasnya. Namun, warisan Epen Cupen, termasuk karya-karya Celo, akan terus hidup sebagai bukti bahwa seni dari Papua memiliki tempat istimewa di hati Indonesia. (evu)
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.
Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri
