Brice Clotaire Oligui Nguema Soroti Transisi Damai Pasca Kudeta di Gabon, Minta PBB Lakukan Reformasi
NEW YORK, LELEMUKU.COM - Presiden Republik Gabon Brice Clotaire Oligui Nguema, yang juga menjabat sebagai Kepala Negara dan Pemerintahan, menyampaikan pidato di Debat Umum Sesi ke-80 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada Kamis, 25 September 2025, menyoroti transisi damai pasca-kudeta 2023 di negaranya, urgensi kemitraan ekonomi adil untuk Afrika, serta kebutuhan reformasi multilateralisme di tengah krisis global dan ulang tahun ke-80 PBB.
Oligui Nguema menggambarkan proses transisi Gabon yang damai setelah kudeta Agustus 2023 dan pelantikannya pada Mei 2025, melalui dialog nasional inklusif dan referendum konstitusional yang membuka jalan bagi pemilu legislatif, lokal, dan senator yang bebas serta transparan, dengan target pemulihan tatanan konstitusional penuh pada Januari 2026.
"The people of Gabon have chosen the path of reconciliation and renewal," tegasnya, menggambarkan Gabon baru sebagai simbol transformasi dari kesulitan menjadi harapan, ketergantungan menjadi martabat, dan perpecahan menjadi persatuan—semua tanpa pertumpahan darah.
Ia menyerukan agar Afrika tidak lagi diremehkan sebagai pemasok bahan mentah di mana harga ditentukan pihak lain, mendesak investor untuk membangun kemitraan win-win yang memproses sumber daya secara lokal, menciptakan lapangan kerja, dan mengembangkan industri berbasis kesetaraan dan saling menghormati.
Menyentuh krisis global, Oligui Nguema menekankan perlunya keterlibatan kolektif yang lebih kuat dan tegas, khususnya di Afrika, di mana konflik di Republik Demokratik Kongo, Sudan, Tanduk Afrika, dan Sahel memerlukan dukungan internasional mendesak. "Instead of constantly stigmatizing and condemning the States of the Sahel, [it] would benefit from supporting them in their battle against the many-headed threat of terrorism," katanya, mengkritik komunitas internasional atas pendekatan yang salah.
Pada isu perdamaian dan keadilan, ia menegaskan dukungan Gabon terhadap solusi dua negara sebagai satu-satunya jalan menuju perdamaian abadi antara Israel dan Palestina, serta memperbarui penolakan terhadap embargo terhadap Kuba. Mengenai iklim, ia memperingatkan "triple planetary crisis of climate change, biodiversity loss and pollution" sebagai ancaman eksistensial bagi umat manusia, menuntut kompensasi adil bagi Gabon sebagai penjaga Basin Kongo, "the second largest green lung of our planet."
Oligui Nguema menutup dengan menekankan urgensi reformasi, menyatakan bahwa "International peace and justice can only be guaranteed by a revitalized multilateralism," terutama melalui perubahan Dewan Keamanan PBB. Pidato ini disampaikan di tengah debat kepala negara dari 23-27 dan 29 September 2025, yang membahas konflik di Ukraina, Gaza, Sudan, dan krisis iklim yang semakin parah.
Hingga Jumat, 26 September 2025, pidato Oligui Nguema menjadi sorotan karena penekanannya pada rekonsiliasi Afrika dan kemitraan berkelanjutan, dengan rekaman lengkap tersedia di situs resmi PBB, termasuk versi audio dalam bahasa Inggris dan Prancis. Analis internasional memuji pendekatan Gabon yang optimis namun kritis terhadap ketidakadilan global, di tengah tekanan untuk merevitalisasi PBB. (evu)
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.
Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri
