Benjamin Netanyahu Kaitkan Serangan Doha dengan Penembakan Yerusalem Tewaskan 6 Warga Israel
DOHA, LELEMUKU.COM – Dalam pernyataan bersama pada Selasa, 9 September 2025, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant menghubungkan serangan udara ke Doha, Qatar, dengan penembakan mematikan di Yerusalem Timur kemarin yang menewaskan enam warga Israel.
Pernyataan tersebut menyatakan, "Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan yakin operasi ini sepenuhnya dibenarkan mengingat kepemimpinan Hamas ini yang memulai dan mengorganisir pembantaian 7 Oktober, dan tidak pernah berhenti melancarkan aksi pembunuhan terhadap Negara Israel dan warganya sejak saat itu."
Penembakan di Ramot Junction, Yerusalem Timur, pada Senin, 8 September 2025, melibatkan dua penyerang Palestina yang membuka api di halte bus ramai, menewaskan enam orang—termasuk empat rabi, seorang imigran Spanyol yang baru menikah, dan pemilik toko roti serta melukai setidaknya 12 lainnya.
Kedua penyerang, Muthanna Omar (20) dari Al-Qubeiba dan Muhammad Taha (21) dari Qatanna di Tepi Barat, Palestina, tewas ditembak oleh seorang militer IDF dan warga sipil bersenjata di lokasi.
Hamas memuji serangan itu sebagai "operasi heroik" tanpa mengklaim tanggung jawab, sementara Netanyahu mengunjungi lokasi dan berjanji akan melakukan "tindakan lebih keras" terhadap aksi "terorisme" tersebut.
Serangan "Summit of Fire" Israel ke Distrik Katara, Doha, yang menargetkan markas residensial Hamas, kini dikritik karena tampak melanggar beberapa ketentuan hukum internasional, termasuk larangan agresi terhadap negara merdeka dalam Piagam PBB.
Israel Defense Forces (IDF) mengonfirmasi operasi mandiri menggunakan 11 munisi presisi dari sepuluh jet tempur, menargetkan pemimpin seperti Khalil al-Hayya, Zahar Jabarin, Khaled Mashal, dan Nizar Awadallah, yang sedang membahas proposal gencatan senjata Presiden AS Donald Trump.
Meskipun IDF mengklaim presisi tinggi untuk meminimalkan korban sipil, enam ledakan kuat menyebabkan asap tebal, dan sumber Hamas melaporkan delegasi selamat tanpa korban di antara pemimpin utama.
Qatar mengutuk serangan sebagai "serangan pengecut" yang menargetkan gedung residensial, sementara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebutnya "pelanggaran nyata terhadap kedaulatan Qatar" dan mendesak fokus pada gencatan senjata permanen di Gaza.
Menteri Luar Negeri UAE Sheikh Abdullah bin Zayed dan Arab Saudi juga mengecamnya sebagai "agresi brutal" yang membahayakan norma internasional.
Ultimatum Trump di Truth Social pada Senin, yang memperingatkan Hamas tentang "konsekuensi" jika menolak "syarat saya", semakin dipertanyakan sebagai sinyal, meskipun Gedung Putih bungkam dan Israel menegaskan independensi operasi.
Nasib delegasi Hamas tetap tidak jelas secara resmi, dengan Hamas belum berkomentar melalui saluran resmi, meskipun laporan awal menunjukkan mereka lolos.
Qatar menunda mediasi Gaza, memperketat keamanan di pangkalan Al-Udeid milik AS, sementara eskalasi ini berpotensi menghancurkan prospek perdamaian di tengah perang yang telah menewaskan ribuan nyawa. (evu)
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.
Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri
