Tragedi Kemanusiaan di Gaza: Lebih dari 60.000 Tewas, Krisis Kelaparan Semakin Parah
GAZA, LELEMUKU.COM — Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola oleh Hamas pada 29 Juli 2025 melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat perang berkepanjangan dengan Israel telah melampaui 60.000 jiwa.
Sementara itu, lebih dari 145.000 orang lainnya mengalami luka-luka, dengan mayoritas korban berasal dari kelompok perempuan dan anak-anak.
Diperkirakan lebih dari 10.000 jenazah masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara dan darat.
Krisis kemanusiaan di wilayah tersebut kian memburuk. Laporan terbaru dari Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan bahwa kelaparan kini berlangsung secara nyata di Gaza.
Dua dari tiga ambang batas yang diperlukan untuk deklarasi resmi kelaparan telah terpenuhi, yaitu kelangkaan pangan yang meluas serta meningkatnya kasus malnutrisi akut pada anak-anak.
Sejak April 2025, lebih dari 20.000 anak telah dirawat karena malnutrisi, dan sekitar sepertiga penduduk Gaza dilaporkan tidak makan selama berhari-hari.
PBB dan sejumlah lembaga kemanusiaan internasional seperti World Food Programme (WFP) dan UNICEF memperingatkan bahwa kematian akibat kelaparan kini mulai menjadi hal umum, terutama di tengah sistem kesehatan Gaza yang telah runtuh.
Akses media internasional pun dibatasi secara ketat, dengan larangan dari otoritas Israel terhadap pers asing dan laporan penargetan jurnalis lokal. Lebih dari 180 jurnalis Palestina dikabarkan tewas sejak perang ini berlangsung.
Di sisi lain, militer Israel mengklaim telah “mengeliminasi” sekitar 20.000 anggota Hamas. Namun, tidak ada data terperinci tentang korban sipil yang disampaikan secara terbuka.
Laporan lapangan mencatat krisis pengungsian besar-besaran, kelaparan yang meluas, dan meningkatnya wabah penyakit. Lebih dari 130 orang dilaporkan meninggal karena kelaparan, dan lebih dari 1.000 orang dilaporkan tertembak saat mencoba mendapatkan bantuan pangan di titik-titik distribusi.
Gencatan senjata yang sempat tercapai pada awal tahun ini hanya memberikan jeda sementara. Negosiasi damai kembali terhenti, sementara serangan militer terus berlanjut.
Beberapa pengamat, termasuk warga dan pejabat Israel, menuding Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperpanjang konflik ini demi kepentingan politik dalam negerinya. (Evu)
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.
Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri
