Jembatan Wear Arafura Hampir Rampung, Perahu Penyebrangan Cari Peluang Lain
pada tanggal
08 Agustus 2018
LARAT, LELEMUKU.COM - Jembatan Wear Arafura yang dibangun di Kota Larat, Kecamatan Tanimbar Utara, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku akan rampung dalam waktu dekat ini dan siap diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal ini akan membuka jalur transportasi antara Saumlaki dan desa-desa di Pulau Yamdena dengan Kota Larat dan desa-desa di wilayah Tanimbar Utara. Hal ini yang selama ini menjadi kendala hubungan antara kedua pulau yang ada di Kepulauan Tanimbar ini.
Ini juga akan menjadi peluang baru dan mempermudah warga di desa-desa bagian utara Pulau Yamdena dalam menyalurkan produk mereka ke Larat melalui jalur darat. Sebab selama ini mereka masih menjual hasil pangan mereka ke Kota Saumlaki ataupun menggunakan perahu dan motor laut ke Kota Larat dengan biaya yang cukup mahal dan melihat kondisi cuaca.
Disisi lain, ada usaha yang akan berhenti dari diresmikannya jembatan ini. Pekerjaan itu adalah perahu penyebrangan yang memuat warga yang ingin menyeberang antara Siwahan, ujung Pulau Yamdena dan Kota Larat.
Salah satu nelayan perahu penyeberangan bernama Jeremias menyatakan bahwa tuntasnya jembatan dengan nama adat itu akan mengakhiri pekerjaan yang mereka tekuni selama beberapa tahun terakhir ini.
"Saya tidak tahu kerja apa setelah jembatan ini jadi. Sebab ini sudah jadi pekerjaan saya 2 tahun terakhir," ujar warga Desa Ritabel tersebut.
Diungkapkan dengan tarif Rp20.000 perorang, pendapatan dari jasanya melakukan penyebrangan di Selat Arafura ini dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta perawatan mesin dan perahu.
"Satu hari saya bisa antara rata-rata 10-15 orang. Kalau sepi paling kurang hanya mengantar 5 orang. Tapi kalau ramai bisa sampai 20 orang. Ini sudah cukup untuk dipakai belanja makan dan minum sehari-hari," ujar dia.
Selain jasa mengantar orang, nelayan perahu penyeberangan juga melayani penyeberangan kendaraan roda dua. Dengan tarif Rp50.000 per unitnya.
"Satu perahu bisa muat tiga motor, dan satu hari bisa layani sampai dua kali antar jemput. Baik dari Siwahan ke Larat atau sebaliknya," ujar dia.
Ditandaskan, dirinya sangat mendukung dibangunnya jembatan Wear Arafura ini. Sehingga meski akan berhenti menjadi pengantar penyeberangan, dirinya akan mencari peluang pekerjaan yang lain.
"Kemungkinan, saya akan beli motor dan jadi tukang ojek. Sebab kalau sudah jadi maka Pasar di Larat nanti dipindahkan ke Siwahan. Jadi ada pekerjaan baru yang bisa saya kerjakan," tutup dia. (Albert Batlayeri)
Hal ini akan membuka jalur transportasi antara Saumlaki dan desa-desa di Pulau Yamdena dengan Kota Larat dan desa-desa di wilayah Tanimbar Utara. Hal ini yang selama ini menjadi kendala hubungan antara kedua pulau yang ada di Kepulauan Tanimbar ini.
Ini juga akan menjadi peluang baru dan mempermudah warga di desa-desa bagian utara Pulau Yamdena dalam menyalurkan produk mereka ke Larat melalui jalur darat. Sebab selama ini mereka masih menjual hasil pangan mereka ke Kota Saumlaki ataupun menggunakan perahu dan motor laut ke Kota Larat dengan biaya yang cukup mahal dan melihat kondisi cuaca.
Disisi lain, ada usaha yang akan berhenti dari diresmikannya jembatan ini. Pekerjaan itu adalah perahu penyebrangan yang memuat warga yang ingin menyeberang antara Siwahan, ujung Pulau Yamdena dan Kota Larat.
Salah satu nelayan perahu penyeberangan bernama Jeremias menyatakan bahwa tuntasnya jembatan dengan nama adat itu akan mengakhiri pekerjaan yang mereka tekuni selama beberapa tahun terakhir ini.
"Saya tidak tahu kerja apa setelah jembatan ini jadi. Sebab ini sudah jadi pekerjaan saya 2 tahun terakhir," ujar warga Desa Ritabel tersebut.
Diungkapkan dengan tarif Rp20.000 perorang, pendapatan dari jasanya melakukan penyebrangan di Selat Arafura ini dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta perawatan mesin dan perahu.
"Satu hari saya bisa antara rata-rata 10-15 orang. Kalau sepi paling kurang hanya mengantar 5 orang. Tapi kalau ramai bisa sampai 20 orang. Ini sudah cukup untuk dipakai belanja makan dan minum sehari-hari," ujar dia.
Selain jasa mengantar orang, nelayan perahu penyeberangan juga melayani penyeberangan kendaraan roda dua. Dengan tarif Rp50.000 per unitnya.
"Satu perahu bisa muat tiga motor, dan satu hari bisa layani sampai dua kali antar jemput. Baik dari Siwahan ke Larat atau sebaliknya," ujar dia.
Ditandaskan, dirinya sangat mendukung dibangunnya jembatan Wear Arafura ini. Sehingga meski akan berhenti menjadi pengantar penyeberangan, dirinya akan mencari peluang pekerjaan yang lain.
"Kemungkinan, saya akan beli motor dan jadi tukang ojek. Sebab kalau sudah jadi maka Pasar di Larat nanti dipindahkan ke Siwahan. Jadi ada pekerjaan baru yang bisa saya kerjakan," tutup dia. (Albert Batlayeri)